Beberapa waktu terakhir lagu Garam dan Madu banyak diperdengarkan dan menjadi perhatian publik. Lagu ini terdengar familiar tetapi juga terdapat nuansa baru, hal ini karena lagu ini diciptakan dengan mengkombinasikan dua genre musik sekaligus yaitu Dangdut dan Hip Hop. Hal ini kemudian menjadi fenomena baru yang semakin digemari terutama di kalangan generasi Z.

Menurut Cindy P. Ayomi, dkk. (2025) Lagu Garam Madu mampu menyajikan musik menarik dengan memadukan beat hiphop dan dangdut. Perpaduan ini tidak hanya menghasilkan inovasi musikal tetapi juga tema emosional dan sensual yang dianggap relevan oleh pendengarnya terutama generasi Z. Ketertarikan generasi ini sangat kuat terhadap lagu Garam dan Madu hal ini dapat dilihat dari respon seperti komentar, parodi, cover, jumlah tayangan, jumlah respon positif, dan seringnya video yang berkaitan dengan lagu ini dibagikan di berbagai platform media sosial.

Namun untuk memahami fenomena ini, maka kita perlu menilik sejarah dari kedua genre musik yakni Dangdut dan Hip Hop sebagai bekal utama dalam genre musik ini. Musik Dangdut sendiri merupakan musik yang diadaptasi dari musik melayu khususnya aliran Melayu Deli yang berkembang sekitar tahun 1955. Dangdut pada masa itu menerapkan unsur musik Parsi, Arab, dan India khusus pengaruh film Bollywood yang pada saat itu sedang mendominasi pasar film Indonesia. Dangdut kemudian menjadi musik rakyat yang berkembang menjadi orkes dengan gaya panggung yang flamboyan dan alat musik modern.

Di sisi lain musik Hip Hop merupakan musik yang berasal dari Amerika, musik ini awalnya dimainkan di gang-gang yang kemudian berkembang hingga ke klub dan studio musik global. Menurut Merrisa Octora (2019), genre musik ini identik dengan gaya bling-bling denga semangat dan ekspresi yang bebas. Di Indonesia sendiri, Hip Hop bukan sekedar beat dalam bermusik tetap juga menjadi gaya hidup yang identik dengan baggy pants, graffiti, sneakers, dan nama-nama berbau “ghetto”. Hip Hop telah menjadi budaya pop yang dinamis dan mudah beradaptasi, meski begitu di awal perkembangannya musik ini merepresentasikan kehidupan sosial yang keras. Misalnya, Thoriq and The Juice, yang membawa isu sosial dan kritik terhadap gaya hidup hedonis dalam lagunya. Hal ini juga menunjukkan bagaimana genre ini digunakan sebagai ekspresi terhadap tekanan sosial.

Perpaduan dari beat keras Hip Hop dengan sentuhan sensual dan melodi dangdut melahirkan genre musik HipDut yang sekarang digemari. Sebuah genre musik yang semakin melekat di telinga Gen Z, hal ini dapat dilihat dari munculnya lagu-lagu baru dengan genre yang sama yang juga dapat diterima dengan baik dan cepat seperti lagu “Aku Dah Lupa”.

Cindy Putri Ayomi, dkk. (2025) menjelaskan bahwa Gen Z cenderung menyukai musik yang eksperimental, penuh emosi, dan menyentuh tema cinta, kerinduan, dan kedekatan. Lagu seperti Garam dan Madu telah memenuhi kriteria ini baik dari segi musik dan lirik. Lagu ini menghadirkan musik dengan beat groovy, dan lirik penuh perasaan ditambahkan dengan penampilan visual yang ekspresif dari penyanyi memperkuat eksistensi dari lagu ini.

Menariknya, tak semua pendengar fokus pada makna lirik. Ada juga yang hanya menikmati irama asiknya, seperti pengakuan seorang narasumber yang berkata:

“Saya tidak terlalu memperhatikan lirik lagu tersebut, hanya menikmati musiknya saja yang tergolong asik saat didengarkan di mobil dan tidak membuat saya merasa mengantuk.”

Mengapa Gen Z menyukai genre seperti hipdut?

Jawabannya sederhana: mereka haus akan sesuatu yang baru, ekspresif, dan emosional. Musik bukan lagi hanya hiburan, tapi medium untuk merasakan dan menyuarakan diri. Hipdut bukan hanya kombinasi dua genre, tapi juga dua dunia—yang satu akarnya di tanah rakyat (dangdut), dan yang satu datang dari ekspresi jalanan global (hiphop). Keduanya menyatu menjadi irama baru penuh rasa dan penuh beat.

Hari ini, hipdut menjadi lebih dari sekadar tren. Ia adalah suara zaman. Ia adalah medium cerita bagi generasi muda yang ingin diakui keberadaannya, melalui irama yang bisa mereka rasakan di hati dan dengarkan saat scrolling di media sosial.

Mungkin benar, seperti kata lagu:

“Kau bagaikan garam di luka, tapi juga madu di bibirku.”

Dan disitulah hipdut berdiri—manis, pedas, sekaligus bikin nagih.

https://www.detik.com/pop/music/d-7829328/fenomena-hip-dut-musik-campur-campur-bikin-nagih

jurnal Unsur Sensuality pada Lagu ‘Garam dan Madu’ oleh Tenxi, Naykilla & Jemsii dengan Genre Hip-Hop dan Dangdut dari Kalangan Generasi Z

PERKEMBANGAN MUSIK DANGDUT INDONESIA 1960AN-1990AN (Fathin Luaylik , Johny A. Khusyairi)

PERKEMBANGAN MUSIK HIP-HOP SEBAGAI PRODUK BUDAYA POPULAR AMERICAN MUSIC AND RADIO MUSIC, RACE, AND CULTURE (Merrisa Octora)

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/12/27/hip-hop-dangdut-untuk-gen-z-lagu-garam-dan-madu-buktikan-genre-ini-punya-daya-tarik-baru